PENGARUH PENAMBAHAN SERAT KAWAT PADA BETON TERHADAP KUAT LENTUR BETON
Pengertian Beton
Beton merupakan salah satu bahan konstruksi yang
telah umum digunakan untuk bangunan gedung, jembatan, jalan dan lain-lain.
Beton merupakan satu kesatuan yang homogen. Beton didapatkan dengan cara
mencampur agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil), atau jenis agregat
lain, air, semen portland atau semen hidrolik, dan kadang-kadang ditambah
dengan bahan adiktif yang bersifat kimiawi ataupun fisikal pada pebandingan tertentu,
sampai menjadi satu kesatuan yang homogen.
Beton adalah batuan yang terjadi sebagai hasil pengerasan
suatu campuran tertentu dari semen, air dan agregat (batu pecah, kerikil dan
pasir). Beton adalah suatu material yang secara harfiah merupakan bentuk dasar
dari kehidupan sosial modern.
Beton sendiri merupakan campuran yang homogen antara semen,
air dan agregat. Karakteristik beton adalah mempunyai tegangan hancur tekan
yang tinggi serta tegangan hancur tarik yang rendah.
Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri
dari bahan semen hidrolik (portland cement), agregat kasar, agregat halus, air
dan bahan tambah (admixture atau additive). Nawy ( 1985 : 8 ) mendefinisikan
beton sebagai sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi dari material
pembentuknya.
Pengertian
Beton Serat (Fibre Concrete)
Beton
serat merupakan campuran beton ditambah serat. Bahan serat dapat berupa serat
asbestos, serat plastik (poly-propyline), atau potongan kawat baja, serat
tumbuh-tumbuhan (rami, sabut kelapa, bambu, ijuk) (Trimulyono, 2004)
Beton
serat adalah bahan komposit yang terdiri dari beton biasa dan bahan lain yang
berupa serat. Serat dalam beton ini berfungsi mencegah retak-retak sehingga
menjadikan beton lebih daktail daripada beton biasa.
Beton
serat adalah beton yang dalam pembuatannya ditambahkan serat kedalamnya, yang
betujuan untuk meningkatkan kuat tarik beton agar tahan terhadap gaya tarik
yang diakibatkan pengaruh iklim, temperatur dan perubahan cuaca yang dialami
oleh permukaan yang luas. Penambahan serat itu sendiri dapat mereduksi
retak-retak yang mungkin timbul akibat perubahan cuaca tersebut.
Dalam
pembagian beton serat, jenis beton serat
dapat kita bedakan menjadi 2 jenis, yaitu beton serat alami dan beton
serat buatan. Serat alam umumnya terbuat dari bermacam-macam tumbuhan. Karena
sifat umumnya mudah menyerap dan melepaskan air, serat alam mudah lapuk
sehingga tidak dianjurkan digunakan pada beton bermutu tinggi atau untuk
penggunaan khusus. Yang termasuk serat alam antara lain rami, ijuk, sabut
kelapa dan lain-lain.
Serat
buatan umumnya dibuat dari senyawa-senyawa polimer. Mempunyai ketahanan tinggi
terhadap perubahan cuaca. Mempunyai titik leleh, kuat tarik, dan kuat lentur
tinggi. Digunakan untuk beton bermutu tinggi dan yang akan digunakan secara
khusus.
Dalam sifat fisik beton, penambahan serat menyebabkan
perubahan terhadap sifat beton tersebut. Dibandingkan dengan beton yang bermutu
sama tanpa serat, maka beton dengan serat membuatnya menjadi lebih kaku
sehingga memperkecil nilai slump serta membuat waktu ikat awal lebih cepat
juga. Sedangkan dalam sifat mekanis nya, penambahan serat sampai batas optimum
umunya meningkatkan kuat tarik dan kuat lentur, tetapi menurunkan kekuatan
tekan. Jenis serat tertentu yang dapat meningkatkan kinerja beton adalah serat
kawat (baja) dan serat tembaga.
Fungsi
Penambahan Serat Kawat
Penambahan
serat kawat kedalam adukan beton adalah untuk untuk mengatasi sifat-sifat
kurang baik dari beton. Ide dasar penambahan serat adalah memberikan tulangan
serat pada beton yang disebar merata secara acak (random)untuk mencegah retak-retak yang terjadi akibat pembebanan
(Sudarmoko,1990).
Berdasarkan
penelitian yang pernah dilakukan diperoleh bahwa penambahan fiber kedalam
adukan akan menurunkan kelecakan (workability) secara cepat sejalan
dengan pertambahan konsentrasi fiber dan aspek rasio fiber. Sehingga untuk
mendapatkan hasil yang optimal ada dua hal yang harus diperhatikan dengan
seksama yaitu (1) Fiber aspect ratio, yaitu rasio antara panjang fiber (l)
dan diameter fiber (d), dan (2) Fiber volume fraction (Vf),
yaitu persentase volume fiber yang ditambahkan pada setiap satuan volume beton.
(Suhendro, 1990).
Dari penelitian yang telah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa dengan menambahkan fiber kedalam adukan beton maka
selain kemampuan untuk menahan lentur ditingkatkan, sekaligus daktilitasnya
(kemampuan menyerap energi) secara dramatis juga meningkat (Suhendro,1990).
Selain itu juga dengan menambahkan serat fiber kedalam adukan beton maka akan
mempertinggi kuat tarik beton. (Sudarmoko,1991)
Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Swammy dkk, 1979 (dalam Sudarmoko, 1990) menyimpulkan bahwa kehadiran serat (fiber)
pada beton akan menaikkan kekakuan dan mengurangi lendutan (defleksi) yang
terjadi. Penambahan serat (fiber) juga dapat meningkatkan keliatan
beton, sehingga struktur akan terhindar dari keruntuhan yang tiba-tiba akibat
pembebanan yang berlebihan.
Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan oleh Swammy dan Al-Noori, 1974 bahwa bentuk fiber
akan berpengaruh pada kuat lekat yang selanjutnya berpengaruh pula pada
peningkatan sifat-sifat struktural beton yang akan terbentuk (Sudarmoko, 1990).
Kelebihan Dan Kekurangan Penggunaan
Beton Serat
Adapun kelebihan dan kekurangan
penggunaan beton serat adalah sebagai berikut:
Kelebihan Penggunaan
Serat
a. Dapat
meningkatkan kuat lentur beton.
b. Kemungkinan
terjadi segregasi kecil.
c. Daktilitas
(kemampuan menyerap energi) juga meningkat.
d. Tahan
benturan.
e. Retak-retak
yang terjadi dapat direduksi.
f. Beton
menjadi lebih kaku.
g. Meningkatkan
kuat tarik, kuat tekan dan kuat desak beton.
Kekurangan
Penggunaan Serat
a. Biaya
menjadi lebih mahal karena adanya penambahan material yang berupa serat.
b. Proses
pengerjaan lebih sulit dari beton biasa.
Pengaruh Penambahan Bahan Serat (fiber) Untuk Beton Agar Dapat
Meningkatkan Kekuatan Beton
Disamping kuat lentur, kuat tarik merupakan salah satu
kelemahan beton, perubahan cuaca, temperatur dan pengaruh iklim juga dapat
menyebabkan itu terjadi. Untuk itu
banyak dilakukan penelitian-penelitian tentang permasalahan tersebut agar dapat
mengurangi kelemahan-kelemahan tersebut. Salah satu usaha untuk mengatasi
permasalahan tersebut adalah dengan menambahkan serat kedalam adukan beton
tersebut.
Hal-Hal
Yang Perlu Diperhatikan Dalam Memilih Serat Untuk Beton
Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam memilih serat untuk menambah kekuatan beton
adalah sebagai berikut:
a.
Syarat-syarat serat
yang efektif:
Syarat serat
yang efektif untuk digunakan dalam beton fiber adalah:
·
Serat yang digunakan harus lebih
kaku atau modulus elastisitasnya tinggi.
·
Volume serat yang digunakan harus
cukup.
·
Serat yang digunakan dapat terikat
satu sama lain secara baik.
·
Panjang serat harus cukup.
·
Serat harus memiliki diameter yang
cukup.
b.
Jenis serat
Menurut Soroushian dan Bayasi (1991) ada beberapa jenis baja
yang biasa digunakan sesuai dengan kegunaannya masing-masing, jenis-jenis baja
tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Bentuk fiber baja (Steel fiber shapes)
Ø Lurus (straight)
Ø Berkait (hooked)
Ø Bergelombang (crimped)
Ø Double duo form
Ø Ordinary duo form
Ø Bundel (paddled)
Ø Kedua ujung ditekuk (enfarged ends)
Ø Tidak teratur (irregular)
Ø Bergerigi (idented)
2.
Penampang fiber baja
(steel fiber cross section)
Ø Lingkaran (round/wire)
Ø Persegi / lembaran (rectangular / sheet)
Ø Tidak teratur / bentuk dilelehkan (irregular
/ melt extract)
3.
Fiber dilekatkan bersama dalam satu ikatan (fibers
glued together into a bundle).
Jenis-jenis
serat dapat dilihat pada gambar berikut:
Serat
Yang Digunakan
Dalam hal ini serat yang digunakan /
dipilih adalah serat kawat, karena lebih ekonomis dan mudah dijumpai.
a. Serat
Kawat
Pada penelitian Suhendro, dipelajari
pengaruh penambahan fiber lokal (yang berupa potongan kawat yang murah harganya
dan banyak tersedia di Indonesia) kedalam adukan beton mengenai kuat lentur, daktilitas,
kuat desak dan impact resistance beton fiber yang dihasilkan. Fiber lokal
tersebut dimaksudkan untuk menggantikan steel
fiber yang
telah dipakai diluar negeri. Tiga jenis kawat lokal yaitu kawat baja, kawat
bendrat dan kawat biasa yang berdiameter ± 1 mm dipotong–potong dengan panjang
± 6 cm dan dijadikan sebagai fiber. Konsentrasi fiber yang diteliti adalah 0,5
dan 1 %. Diameter kerikil maksimal yang dipakai adalah 2 cm karena akan mempermudah
penyebaran fiber kawat bendrat secara merata kedalam adukan beton. Faktor air
semen 0,55. Dari hasil pengujian terhadap benda–benda uji disimpulkan dengan adanya
serat pada beton dapat mencegah retak-retak rambut menjadi retakan yang lebih
besar. Dengan penambahan serat pada adukan beton ternyata dapat meningkatkan
ketahanan terhadap kuat lentur, daktilitas, beban kejut (impact
resistance) dan
kuat desak. Tingkat perbaikannya tidak kalah dengan hasil–hasil yang dilaporkan
diluar negeri dengan menambahkan steel fiber yang asli. Beberapa hal yang perlu
mendapat perhatian khusus pada beton fiber ini adalah masalah fiber
dispersion atau
teknik pencampuran adukan agar fiber yang ditambahkan dapat tersebar merata
dengan orientasi yang random dalam beton dan masalah kelecakan (workability)
adukan.
Secara umum dapat dijelaskan bahwa
dengan memodifikasikan proporsi adukan (misalnya dengan menambah superplasticizer
ataupun
memperkecil diameter maksimum agregat). Dan memodifikasi teknik pencampuran
adukan (mixing technique) maka masalah fiber
dispersion dapat
diatasi. Untuk masalah workability, secara umum dapat pula dikatakan
bahwa workability akan menurun seiring dengan makin
banyaknya prosentase fiber yang ditambahkan dan makin besarnya rasio
kelangsingan fiber (Suhendro, 1991). Pedoman untuk mengatasi kedua masalah
tersebut yang menyangkut pedoman perincian, perbandingan, campuran, pengecoran
dan penyelesaian beton fiber baja, telah dilaporkan oleh ACI Committee 544
(1993).
Penelitian Leksono, Suhendro dan
Sulistyo (1995) tentang beton serat yang menggunakan kawat bendrat berbentuk
lurus dan berkait kedalam campuran beton. Kemudian beton diuji kuat desak, kuat
lentur, kuat tarik dan pengujian balok beton. Sebagai bahan susun beton dipakai
batu pecah dengan ukuran agregat maksimal 20 mm, kawat bendrat diameter ± 1 mm
dipotong dengan ujungnya berkait (hooked fiber) dan panjang 60 mm, faktor air semen 0,55
dan volume fiber kawat (vf) 0,7 % volume adukan. Dengan berat jenis kawat
bendrat 6,68 gr/cm³, maka berat yang harus ditambahkan ke dalam 1 m³ adukan
beton (dibulatkan) 50 kg. Untuk balok beton bertulang dengan ukuran 15 × 25 ×
180 cm dengan kandungan fiber 0,25 ; 0,5 ; 0,75 dan 1,00 % Dari penelitian yang
telah dilakukan dengan menambahkan fiber sebanyak 0,75 sampai dengan 1 % dari
volume beton dan dengan menggunakan aspec ratio sekitar 60 - 70 akan memberikan hasil
yang optimal. Penambahan kawat yang ujungnya berkait (hooked fiber) kedalam adukan beton dapat menurunkan
kelecakan adukan beton sehingga beton menjadi sulit dikerjakan. Kuat tarik,
kuat desak kuat lentur meningkat setelah diberi hooked
fiber Untuk
kandungan fiber yang optimal 0,75.
Untuk penelitian Hartanto (1994)
penambahan fiber lokal kedalam adukan beton, kuat tekan beton (umur 28 hari) bertambah
7 %. Ini menunjukan bahwa penambahan fiber lokal kedalam adukan beton tidak
berpengaruh banyak pada kuat tekan beton, namun bahan lebih bersifat daktail.
Hartanto juga menyimpulkan bahwa dengan menambahkan fiber lokal kedalam adukan
beton, kuat tarik beton (umur 28 hari) meningkat sebesar 20,45 % untuk beton
fiber dengan volume fiber kawat (vf) = 0,7 %.
Selain itu beton fiber masih memiliki kemampuan menahan
tarik meskipun sudah terjadi retakan-retakan yang cukup besar (5 - 10 mm). Ini
menunjukan bahwa penambahan fiber lokal kedalam adukan beton meningkatkan kuat
tarik. Penelitian Sudarmoko (1991) akan mencari pengaruh penambahan serat
bendrat terhadap kuat tarik. Untuk bahan digunakan kerikil dengan diameter
maksimal 10 mm dengan maksud agar masih tersedia ruang yang cukup diantara
kerikil untuk diisi dengan serat sehingga masih didapat kelecakan yang
memungkinkan pengadukan dilakukan dengan mudah. Bahan serat digunakan serat
bendrat yang dibuat dengan jalan memotong kawat bendrat dengan panjang 2,5 - 3
cm agar batas aspek rasio tidak terlampaui. Faktor air semen 0,56.
Berat semen yang dipakai dalam setiap
jenis adukan bervariasi sesuai dengan konsentrasi serat yang ditambahkan pada
adukan dengan pedoman bahwa jumlah air yang ada masih mampu menghasilkan
kelecakan adukan yang masih memungkinkan pencampuran adukan dapat dilakukan
dengan mudah dan homogenitas adukan masih dapat dicapai. Adukan beton serat dibuat
dengan konsentrasi serat bendrat ditambahkan sebesar 0,25 %, 0,5 %, 0,75 %,
1,00 % dan 1,25 % dari volume adukan agar masih didapat penyebaran serat yang
merata pada adukan. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan
serat bendrat kedalam adukan beton akan mempertinggi kuat tariknya. Tetapi
makin tinggi konsentrasi serat, makin kecil nilai slump yang didapat, sehingga
untuk mendapat nilai slump yang tetap makin banyak dibutuhkan penambahan air
dan semen. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Leksono (1995), pemakaian hooked
fiber dari
kawat bendrat kedalam adukan beton dapat menurunkan kelecakan adukan sehingga
beton sulit dikerjakan, namun dengan nilai VB time antara 5 – 25 detik dapat
dipakai sebagai pedoman untuk menyatakan suatu adukan beton fiber mempunyai
kelecakan yang baik.
Sudarmoko meneliti pengaruh aspek rasio
serat (nilai banding panjang dan diameter serat) yang dinyatakan panjang serat,
terhadap sifat-sifat struktural adukan beton yang mengandung serat yang
meliputi kuat tekan, kuat tarik dan modulus elastik. Dengan panjang serat kawat
bendrat 60, 80 dan 100 mm dengan konsentrasi serat 1 % dari volume adukan disimpulkan
hasil terbaik ditunjukan oleh beton serat dengan panjang serat 80 mm merupakan nilai
yang optimal untuk ditambahkan pada adukan beton ditinjau dari sudut
peningkatan kuat tarik dan kuat tekan sedang pada pengujian modulus elastik
panjang serat 100 mm memberi hasil yang terkesan tetap dengan nilai yang tidak
terlalu menyimpang dari benda uji dengan panjang serat 80 mm sehingga dapat
disimpulkan bahwa panjang 80 mm adalah panjang serat yang optimal.
Pada
penelitian Handiyono (1994) mengenai bentuk geometri serat kawat bendrat
membuktikan bahwa thoughness index beton dengan serat hooked dapat
ditingkatkan lebih besar bila dibandingkan dengan beton dengan serat lurus
maupun dengan beton biasa. Hal ini membuktikan bahwa penambahan serat hooked
pada beton dapat meningkatkan daktilitas. Tegangan tarik beton meningkat
bila dibandingkan dengan beton serat lurus dan beton biasa. Pola retak balok
beton dengan serat lurus adalah retak-retak tunggal dengan sedikit retak halus,
sedangkan balok dengan serat hooked lebih mampu menahan retak dibanding
serat lurus. Pada beton normal, pola retak tidak beraturan.
Dari
pengujian yang dilakukan oleh Sudarminto dari kuat tekan beton
diperoleh kuat desak rata-rata pada pengujian 28 hari adalah beton
normal (BN) sebesar 27,93 MPa, untuk beton fiber 0,5 % (BF 0.5%) sebesar
28,94 MPa dan untuk beton fiber 0,7 % (BF0.7%) sebesar 30,34 MPa.
Pengujian kuat tekan dan kuat lentur beton selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran. Data.hasil pengujian seperti yang ditunjukkan pada tabel 1
berikut:
Komentar